0
Thursday 16 May 2024 - 23:33
Rusia - China:

Putin dan Xi Bertemu di Beijing

Story Code : 1135562
Russian-President-Vladimir-Putin-has-met-with-Chinese-counterpart-Xi-Jinping-in-Beijing
Russian-President-Vladimir-Putin-has-met-with-Chinese-counterpart-Xi-Jinping-in-Beijing
Kunjungan dua hari Presiden Rusia tersebut menandai peringatan 75 tahun hubungan diplomatik antar negara

Para pemimpin berjabat tangan di luar Aula Besar Rakyat di Lapangan Tiananmen dan mendengarkan orkestra militer yang membawakan lagu kebangsaan kedua negara. Mereka kemudian berfoto sebelum berangkat untuk pertemuan delegasi kedua negara.

Putin didampingi oleh beberapa menteri negara, yang akan berpartisipasi dalam negosiasi proyek-proyek yang bertujuan memperdalam hubungan bilateral.

Dalam wawancara dengan kantor berita China Xinhua sebelum kunjungan tersebut, Putin memuji “tingkat kemitraan strategis yang belum pernah terjadi sebelumnya” antara kedua negara.

Kementerian Luar Negeri China  juga memuji hubungan dengan Moskow dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis (16/5), dengan mengatakan bahwa hubungan mereka telah “tumbuh semakin kuat meskipun mengalami pasang surut, dan telah bertahan dalam ujian [a] perubahan lanskap internasional.”

“Perkembangan hubungan China -Rusia yang stabil… kondusif bagi perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di kawasan ini dan dunia pada umumnya,” tambah kementerian itu.

Rusia dan China memiliki posisi serupa mengenai konflik Ukraina. Berbicara kepada Xinhua, Putin memuji Beijing karena memahami “akar permasalahan dan signifikansi geopolitik global.” Tiongkok menolak menyalahkan Rusia atas ketegangan tersebut dan malah mengutuk perluasan NATO dan “mentalitas Perang Dingin” Washington.

Pertempuran antara Rusia dan Ukraina memasuki tahun ketiganya pada bulan Februari, dan pendukung Kiev dari Barat memperbarui janji mereka untuk mendukung Ukraina dengan uang dan senjata “selama diperlukan.” Pada saat yang sama, ketegangan terus berlanjut antara China  dan Amerika Serikat di Indo-Pasifik dan wilayah lainnya.

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg baru-baru ini menggambarkan China sebagai “negara utama yang memungkinkan Rusia melakukan perang agresi.”

Beijing meluncurkan peta jalan 12 poin menuju perdamaian di Ukraina tahun lalu, dengan menekankan diplomasi. “Kita harus memprioritaskan penegakan perdamaian dan stabilitas dan menahan diri dari mencari keuntungan yang egois,” kata Xi bulan lalu, dan mendesak semua pihak untuk “mendinginkan situasi dan tidak menambah bahan bakar ke dalam api.” Beijing juga menolak kebijakan sanksi dan perang dagang Washington sebagai upaya untuk memastikan posisi dominan di panggung dunia.[IT/r]
Comment